BSA7Gpd8GUz5TproTprpTfA7Gi==

Membongkar visi dan solusi dari kacamata para kandidat pilgub NTB


Oleh : Lalu Muamar Qadafi (Pegiat literasi)

Sekitar seminggu yang lalu, KNPI membuat dialog bersama para Calon dan Calon Wakil Gubernur. Beberapa pernyataan dari Para Cagub dan Cawagub tersebut yang membuat saya sedikit geli untuk mengulas akar masalah Nusa Tenggara Barat (NTB) terkhusus persoalan perkawinan dini, putus sekolah, dan lain-lain.

Sebelumnya, saya harus menjelaskan pernyataan-pernyataan para Cagub dan Cawagub tersebut ketika ditanyakan soal banyaknya perkawinan dini, putus sekolah, narkoba, dan lain-lain di daerah NTB.

Suhaili, Cawagub yang berpasangan dengan Bang Zul, menerangkan bahwa sebab masih banyaknya perkawinan dini dan putus sekolah ini dinilai karena tidak adanya keterlibatan dari masyarakat, tokoh adat, tokoh kepemerintahan dari tingkat dusun dan desa. Artinya, solusi untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan melibatkan semua komponen-komponen di atas.

Saya tidak menyalahkan visi dari Abah Uhel (Suhaili) tersebut, sayangnya, mengatasi masalah perkawinan dini maupun putus sekolah tersebut tidak sesederhana itu. Tokoh masyarakat atau kepemerintahan kini lebih banyak mengurusi persolan administratif. Anggaran desa dan dusun tidak mengurusi masalah tersebut, sekalipun ada, hanya bersifat seminar yang dampaknya tidak besar.

Umi Rohmi, persoalan yang sama, sebab dari masalah perkawinan dini dan putus sekolah diakibatkan karena kurangnya edukasi untuk masyarakat. Oleh karena itu, Ia mewacanakan program edukasi terkait perkawinan dini untuk masyarakat sampai ke tingkat dusun dengan menggunakan Posyandu dan Sekolah.

Benar, kurangnya edukasi masyarakat terkait perkawinan dini, putus sekolah, pelecehan seksual, dan lain-lain disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat daerah. Kurangnya edukasi tentang kesehatan dan reproduksi seksual dapat menyebabkan komplikasi kehamilan dan memaksa seseorang untuk menikah. Tidak hanya itu, kurangnya edukasi menyebabkan seseorang tidak memiliki pola pikir etika bermasyarakat yang baik. Pantas masalah-masalah di atas terjadi, terjawab oleh tingkat literasi terendah kita yang berada di posisi 24 dari 32 daerah berdasarkan data Perpustakaan Nasional (Perpusnas) di tahun 2024.

Namun, pertanyaannya apakah semua masyarakat sudah mendapatkan sarana dan prasarana pendidikan yang baik?

Ini masalah paling dasar, di luar dari masalah penyetaraan sekolah di kota dan daerah kecil, kembali lagi ke sekolah pertama anak adalah keluarga. Keluarga harus memiliki ekonomi yang baik untuk menunjang gizi kesehatan, materil pendidikan, dan biaya sekolah yang baik.

Akar dari masalah ini adalah kemiskinan keluarga, seperti yang diterangkan Miq Iqbal sewaktu itu ketika Ia ditanya persoalan pernikahan dini, putus sekolah, dan lain-lain. Ketika ekonomi keluarga sudah terpenuhi, kemampuan untuk memenuhi gizi dan memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana penunjang pendidikan anak maka dengan sendirinya anak akan memiliki kemampuan berpikir yang baik.

Bersumber dari detik.com, NTB masuk daftar 10 Provinsi termiskin di Indonesia. Wajar saja program Umi Rohmi sebagai Wakil Gubernur 2018-2024 melalui Posyandu dan Sekolah Layak Anak belum dapat memberantas masalah-masalah tersebut, sebab luput dari akar masalahnya.

Namun, tidak sesederhana itu ketika membicarakan soal kemiskinan, artinya berbicara tentang meningkatkan perekonomian masyarakat. Miq Iqbal menjelaskan, terdapat tiga titik industri kantong kemiskinan, yaitu berada di industri pertanian, peternakan, dan kelautan. Fakta di sekeliling kita, profesi kalangan menengah bawah selalu bekerja di tiga industri tersebut, namun masih saja berada di lingkaran kemiskinan. Oleh sebab itu, dengan meningkatkan ekosistem pada tiga industri tersebut dapat menunjang kesejahteraan para buruh atau pelaku di tiga industri tersebut. Ketika, ekonomi atau isi perut sudah terpenuhi, seluruh orang tua akan terus berlomba menyekolahkan anaknya masing-masing di tingkat tertinggi.

Sejalan dengan visi Miq Iqbal yang terus di sampaikan di setiap dialog bersama pemuda "jika pemuda yang akan kita miliki 10 tahun yang akan datang isinya pemuda produktif, punya penghasilan, cukup gizi, kesehatan, pendidikan, Insyaallah NTB akan menjadi NTB emas bukan NTB Cemas," tegas Miq Iqbal di potongan siaran langsung Youtube NTB Satu.

Komentar0

Cari Berita Lain di Google News

Type above and press Enter to search.