Oleh: Masnun Tahir
(Rektor UIN Mataram/Anggota Tim Monev Haji 2024)
(Rektor UIN Mataram/Anggota Tim Monev Haji 2024)
Rangkaian penyelenggaraan haji tahun ini sudah hampir selesai. Ini ditandai dengan telah suksesnya prosesi Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina) sebagai puncak ritual haji.
Bagi jamaah gelombang satu sudah selesai melakukan tawaf wada’ (perpisahan) dan hari ini mulai kembali ke tanah air dengan suasana bahagia (surur) dan memperoleh Haji mabrur, seperti jamaah LOP 1 Kota Mataram.
Sementara bagi yang datang gelombang ke dua akan melanjutkan perjalanan spiritualnya menuju Madinah untuk melakukan arbain, berdoa di Raudhah dan ziarah ke makam Rasulullah serta tempat bersejarah lainnya. Dan mereka tetap diingatkan untuk menggunakan tashrih dan nusuk jika ingin masuk ke Raudhah.
Dalam sejarah penyelenggaraan Haji di tiga tempat Armuzna tersebut pernah terjadi peristiwa yang kadang melahirkan sindrome traumatis jika mengingatnya. Dari kekurangan tenda bahkan pernah kebakaran di Arafah, tragedi arus balik di terowongan Mina sehabis lempar jamaraat dan yang terbaru adalah tragedi Muzdalifah tahun lalu, di mana jamaah haji kita terlambat untuk didorong ke Mina, sampai banyak korban karena tidak kuat menghadapi teriknya sinar matahari di Makkah ini.
Di sisi lain jumlah Haji kita terus bertambah sampai menembus 200an ribu jamaah dengan berbagai latar belakang sosial, pendidikan, tradisi dan status sosial yang sangat variatif. Namun bukan berarti tidak bisa menggapainya.
Kementerian Agama bersinergi dengan lembaga lainnya seperti kementerian kesehatan, kementerian perhubungan, keimigrasian dll berjibaku menyiapkan haji.
Petugas dari berbagai latar belakang profesi dan ormas dari seluruh tingkatan sejak dari tanah air (waktu bimtek) sudah diminta untuk disiplin melaksanakan aktifitasnya sesuai dengan tugas masing-masing, dengan orientasi kerja yaitu kepuasan jamaah (manuuthun bilmaslahah).
Karena seperti sering disampaikan oleh Gus Men, Pak Sekjen dan Dirjen petugas haji hadir dan dihadirkan di sini untuk melayani jamaah. Setiap saat petugas akomodasi, kesehatan dan bimbingan ibadah ditunggu kehadirannya oleh jamaah. Jadi praktis mereka beraktifitas 24 jam tanpa ada hari libur. Seperti pengalaman penulis musim haji tahun 2019.
Walaupun petugas harus koordinasi tetapi tidak larut dalam diskusi tak berkesudahan. Butuh eksekusi dan inovasi yang tepat dan cepat.
Kata Gus Men, lebih baik satu kegiatan yang sudah dieksekusi dari pada seribu perencanaan atau laporan. Ini analogi dari perkataan ulama yang mengatakan: Engkau menyalakan sebuah lilin kecil itu lebih baik daripada mencaci maki kegelapan.
Ini sekaligus memberikan warning dan pencerahan bagi sebagian komunitas yang tidak mau melihat penyelenggaraan haji secara obyektif dan totalitas. Dibalik kesuksesan itu ada beribu cerita heroik dan bahkan membuat hati pilu nan empati ketika harus melayani jamaah lansia, disabilitas dan yang menjalani safari wukuf.
Kami dari tim monev haji tahun 2024 menyaksikan langsung para petugas berjibaku melayani jamaah, bahkan mereka ada yang menjadi syuhada’ Haji. Maka sangatlah tepat jika pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama melaksanakan kegiatan menyapa dan memberikan apresiasi bagi petugas haji, seperti yang dilakukan oleh Gus Men beberapa waktu lalu. Sekecil apapun perjuangan Gus Men sangat memberikan apresiasi.
Masih dalam rangka memberikan kepuasan lahir bathin jamaah dan mitigasi beberapa tragedi tahun-tahun sebelumnya, Kementerian Agama melakukan inovasi dan kebijakan baru musim Haji tahun ini, diantaranya adalah manajemen tata kelola dari hulu ke hilir dan adanya platform “Kawal Haji” sebagai instrumen pertanggungjawaban ke publik.
Saran, kritik dan problema haji bisa disampaikan langsung agar mendapatkan respon secepatnya. Tentunya dengan identitas yang jelas dan didukung oleh data yang valid.
Bagi jamaah yang tidak terbiasa dengan instrumen digital, bisa bertanya atau memberikan catatan dan masukan langsung kepada petugas yang ada di kloter dan sektor, bahkan kepada kami sebagai tim monev tidak sedikit jamaah yang langsung bertanya, memberikan saran dan masukan untuk perbaikan penyelenggaraan berikutnya.
Begitu juga catatan dan evaluasi perjalanan haji dari berbagai perspektif benar-benar menjadi referensi pemerintah dan petugas Haji. Kadang ada celaan, mendegradasi kesuksesan Haji, nyinyiran, dianggap monopoli (padahal lintas sektoral, dan generalisasi satu kasus tanpa data otentik serta tak ada tabayyun, tidak membuat para petugas haji kehilangan semangat kerjanya.
Ada pompaan semangat dari Gus Men, Pak Sekjen dan Pak Dirjen yang terus menerus disampaikan yaitu “ Tugasmu adalah ibadahmu, teruslah berbuat baik, walaupun orang lain tidak suka kepadamu. Kadang kala orang mencela kita bukan karena perbuatan burukmu tetapi karena perbuatan baikmu. Teruslah melayani jamaah, karena kita hadir dan dihadirkan di sini untuk melayani jamaah”.
Ini seiring dengan sabda Rasulullah: Sayyidul Ummah Khodimuhum (Pemimpin dan petugas haji adalah pelayan ummat atau jamaah).
Inilah petugas yang dirindukan oleh jamaah dan tentunya akan dikenang sepanjang masa. Semoga haji kita mabrur dan berimplikasi secara vertikal dan horizontal sekembalinya kita ke tanah air.
Komentar0