Gonjang-ganjing pisah jalan pasangan Zul-Rohmi jilid II yang begitu kencang, berhembus jauh sebelum keputusan akan dideklarasikannya Zul-Rohmi jilid II yakni pada Minggu terakhir Bulan Ramadhan.
Namun informasi akan segera dideklarasikannya paket Zul-Rohmi jilid II ini terkesan kehilangan "Giroh" (semangat,) terutama dari internal NWDI. Hal tersebut terlihat ketika salah seorang kader NWDI yang juga pengurus DPW Perindo NTB Syamsul Qomar menyuarakan hal yang terkesan berseberangan dengan keputusan petinggi Perindo NTB yang akan jadi kendaraan politik Zul-Rohmi. Sehingga publik menangkap adanya kesan Miskomunikasi antara ketua DPW Perindo dan jajaran pengurus dibawahnya.
Selain itu suara sumbang penolakan dari sejumlah tokoh badan otonom NWDI secara samar menyuarakan kekecewaan melalui media sosial meski secara sumir. Hal seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya sejak pertama pemilihan Kepala Daerah secara langsung sejak 2008 silam.
"Jalan Sunyi" deklarasi Zul-Rohmi jilid II ini makin terasa "kering" dengan pernyataan Syamsul Qomar melalui beberapa media jika tokoh sentral NWDI TGB M. Zainul Majdi, MA, tidak akan ikut cawe-cawe pada Pilkada NTB 2024 ini. Padahal TGB efek ini menjadi salah satu andalan paket Zul-Rohmi secara elektoral. Karena sosok TGB selain akan mampu mempersatukan elemen organisasi juga memiliki magnet untuk meraih suara dari luar organisasi NWDi.
"Iya Syekh (TGB) kabarnya memilih menepi pada Pilkada nanti," ungkap salah seorang mantan ketua Pemuda NWDI kepada matanusantara.com, Rabu (24/4/2024).
Deklarasi Zul-Rohmi jilid II rencananya akan digelar awal Bulan Mei ini. Maka dari sekian banyak bakal calon kepala daerah yang berseliweran ikut kontestasi paket Zul-Rohmi jilid II yang pertama memastikan diri sebagai kontestan pada Pilgub NTB.
"Jalan Sunyi" Zul-Rohmi jilid II ini akan terasa hambar jika waktu 7 bulan yang tersedia tidak bisa dimaksimalkan menyatukan barisan untuk menjadi pemenang dan mempertahankan prestasi TGB sang mentor Zul-Rohmi memenangkan Pilkada Dua priode.(red)
Komentar0