Sejumlah Calon Legislatif (Caleg) baik tingkat DPR RI maupun Kabupaten/Kota mengeluhkan suara berkurang atau hilang di sistem aplikasi Sirekap. Persoalan Sirekap ini pun rawan menimbulkan gejolak di bawah. Pasalnya, pengurangan suara di Sirekap ini merugikan Caleg. Lantaran Sirekap ini sebagai situs resmi KPU RI menjadi acuan masyarakat dalam melihat perolehan suara dari peserta Pemilu.
Salah satu caleg yang merasa dirugikan dengan aplikasi Sirekap adalah Cucu Purnamasari Zulaiha,S.PSi. Dikonfirmasi media, Caleg Nasdem DPR RI nomor urut 8 partai Nasdem ini mengaku dirugikan dengan Sirekap yang menjadi situs resmi KPU, namun terkesan bermain-main dengan hasil perolehan suara Pemilu. "Kami merasa dirugikan, padahal ini situs resmi KPU ini, ini membuat masyarakat sesat dan bingung. Dan itu menjadi acuan publik,"tegasnya. Kendati kata dia, pihak KPU menyampaikan kalau Sirekap ini alat bantu. Akan tetapi perlu diingat, bahwa ini produk atau situs resmi dari lembaga resmi dan dibiayai bukan buatan orang luar.
Lantas ia pun mempertanyakan bagiamana pertanggung jawaban situs Sirekap ini ke publik. Sebab bukan hanya caleg DPR RI yang dirugikan karena berkurang suaranya, namun Caleg DPRD kabupaten juga mengalami hal yang sama. Menurutnya, hal ini menimbulkan keresahan di bawah. Sehingga legitimasi hasil Sirekap yang dihajatkan menjadi bagian langkah demokrasi patut disanksikan legitimasi nya. Ia sendiri mengaku pengurangan suara nya sangat signifikan. Hampir setiap hari berkurang ribuan suaranya.
Kalau mengacu hasil Sirekap itu, dari awal ia mendapatkan. Bahkan ditanggal 20 Februari pada pukul 15.00, suaranya mencapai 34 ribu lebih, "namun hanya jarak tiga jam justru drop lagi, kembali ke 4-5 ribu sekian, kemana suara itu siapa yang ambil?"tanya dia. Yang menjadi pernyataannya, antara suara yang masuk dari TPS dengan pergerakan perolehan suaranya tidak sesuai. Malah cendrung terus menurun. Dari awal suaranya mencapai 7.000, kemudian progres suara masuk 30 persen malah suaranya turun ke 4.000 lebih suara, kemudian pegred suara masuk 50 persen naik sedikit menjadi 6 ribu.
Kemudian pada angka 60 persen lebih, justru turun menjadi 5.400 lebih. Anehnya suaranya turun lagi selang beberapa jam menjadi 4.000 lebih. Kemudian sempat naik signifikan pada input suara TPS 65 persen menjadi 34 ribu. "Tapi drop lagi, ke 4-5 ribu, dengan input data TPS se pulau Lombok total 11.530 sudah diupload 8.000 TPS, kita kehilangan suara banyak sekali," sesalnya. Ia menambahkan pihaknya pun memperkuat bukti C1 dengan sebaran suara hampir di se pulau Lombok. "Kita terus perkuat C1,"tegasnya.
Hal serupa dialami caleg Kabupaten Lobar yang tidak mau disebutkan namanya. Dari data Sirekap, per tanggal 20 Februari lalu, suaranya mencapai 1.300 lebih pada pukul 17.00. Namun berkurang signifikan menjadi 522 pada malam harinya, hanya berselang beberapa jam saja. Paddhal dari C 1 yang dipegang saja suaranya melebihi angka itu. Dikonfirmasi terkait hal ini, komisioner KPU Lobar Riadi mengatakan terkait persoalan Sirekap ini bukan menjadi acuan utama hasil perolehan suara. Namun sebagai alat bantu saja.
Dikatakan, Sirekap ini mengacu pada hasil input data form C1 di lapangan. Kecuali kata dia, Sirekap ini bermaslah atau gangguan. Terkait pengurangan suara signifikan di Sirekap yang dikeluhkan oleh para caleg, Riadi mengaku bahwa Sirekap ini lagi-lagi bukan alat utama sebagai hasil Pleno. "Sirekap ini hanyalah alat bantu, kita tetap mengacu hasil pleno teman-teman di PPK berjenjang sampai ke Kabupaten,"tegasnya. Yang jelas saat ini pleno PPK sedang berlangsung,butuh pengawasan dari semua pihak agar keraguan Publik terkait Sirekap ini bisa terjawab melalui hasil pleno nantinya.(red)
Komentar0