PLN melanjutkan kerja sama dengan Clean Energy Investment Accelerator (CEIA) untuk mengakselerasi peningkatkan EBT yang efisien dan mencapai net zero emission.
PT PLN (Persero) dan Clean Energy Investment Accelerator (CEIA) memperkuat kerja sama dalam bidang asistensi teknis inovasi produk energi ramah lingkungan dan dekarbonisasi. Langkah ini dilakukan guna mengakselerasi pencapaian target porsi EBT dan dekarbonisasi.
Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, kerja sama dengan CEIA ini merupakan kerja sama lanjutan, setelah pada 2019 lalu PLN memulai kerja sama dan bidang riset dan inovasi. Pada kerja sama kedua ini nantinya CEIA akan membantu PLN dalam riset pengembangan proyek-proyek strategis PLN dalam mengurangi emisi karbon.
"PLN sudah mendeklarasikan untuk berperan aktif dalam pengurangan emisi karbon dan bersama pemerintah meningkatkan porsi EBT dalam bauran energi nasional. Kolaborasi dengan CEIA ini mempercepat realisasi dan mempertajam perencanaan dari target kami," ujar Darmawan.
Mengapa dekarbonisasi ini menjadi penting? Darmawan menjelaskan, PLN berupaya mengurangi emisi 242 juta metrik ton pada tahun 2030 dengan berbagai langkah strategis.
"Kita tidak bisa tinggal diam karena ini bukan lagi hanya persoalan geopolitik. Isu emisi karbon dan juga energi bersih sejatinya untuk menjaga keberlangsungan hidup anak cucu kita ke depan," ujar Darmawan.
Ia mengakui, masalah harga yang belum terjangkau menjadi salah satu tantangan utuk mencapai target emisi rendah karbon dan energi bersih. Namun, lambat laun akan menjadi lebih ekonomis seiring dengan pengembangan teknologi dan inovasi.
"Perkembangan dan momen ini juga kami perhatikan betul agar kami bisa langsung mengeksekusi langkah strategis. Seperti misalnya saat harga PLTS sudah murah, kami langsung mengeksekusi PLTS apung Cirata," ujar Darmawan.
Darmawan menilai pasar di Indonesia telah siap untuk menyerap produk-produk energi baru terbarukan (EBT). Hal ini terlihat dari produk kerja sama PLN dan CEIA Indonesia sebelumnya, Renewable Energy Certificate (REC) yang habis terserap oleh pasar dalam jangka waktu kurang dari satu tahun sejak diluncurkan.
Executive Vice President Pemasaran dan Pengembangan Produk PT PLN Hikmat Drajat juga menjelaskan, dengan penerbitan REC yang dilakukan PLN ini sudah menunjukan hasil yang sangat signifikan. Ia merinci per September ini, segmen retail menjadi pelanggan terbesar dari REC. Segmen ini berhasil menarik kurang lebih 83 ribu pelanggan dengan total kapasitas REC sebesar lebih dari 250 ribu unit.
Sementara untuk segmen korporasi atau enterprise, PLN berhasil mencatatkan 28 pelanggan dengan volume 13.087 unit REC.
"Maka dari itu, PLN saat ini sudah mendaftarkan tambahan kapasitas REC yang baru dari pembangkit PLTP Lahendong dengan kapasitas 80MW dan PLTA Bakaru dengan kapasitas 126MW. Setelah berhasil mendapatkan sertifikasi, maka akan ada tambahan kurang lebih 130 ribu unit REC per-bulan yang siap diserap oleh pelanggan," tutur Hikmat.
Respons positif dari pasar ini, menurut Hikmat, tidak terlepas dari kualitas produk yang ditawarkan oleh PLN. REC berhasil mendapatkan penghargaan Asia Awards 2021 dari Renewable Energy Markets (REM) pada Maret 2021. Penghargaan ini merupakan bukti keberhasilan PLN dalam membangun pasar atau menunjukkan kepemimpinan dalam Green Energy Program.
Direktur WRI Indonesia Nirarta Samadhi selaku perwakilan CEIA Indonesia menjelaskan, nantinya kerja sama CEIA dengan PLN akan lebih didetailkan dalam pertemuan COP 26 di Glasgow. Sedangkan, kesepakatan yang berlangsung Kamis (28/10) menjadi kunci utama keberlanjutan kerja sama.
Nirata melanjutkan, CEIA akan melakukan pendampingan teknis lain seperti penyiapan standar sistem pelacakan atribut energi, atau yang dikenal sebagai renewable energy attribute tracking system.
Renewable energy attribute tracking system adalah suatu platform perdagangan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan penjual dan pembeli yang terlibat dalam pasar renewable energy certificate (REC). Setiap REC yang dikeluarkan oleh sistem ini mencakup informasi spesifik mengenai atribut energi baru terbarukan yang diwakilinya.
Nirarta menegaskan bahwa melalui Nota Kesepahaman ini, diharapkan seluruh perusahaan yang telah bergabung dengan CEIA Indonesia dapat mendorong penggunaan target energi baru terbarukan, salah satunya melalui REC.(red)
Komentar0