DR. Muhammad Ulinuha, MA, (foto : istimewa) |
Jakarta, - Episode ke-2 Sahur bersama Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan “Inspirasi Sahur; Islam dan Kebangsaan” pada Kamis, 29 April 2021, mengambil tema ‘Pesan Damai Al-Quran dan Lailatul Qadar’ dengan narasumber Dr. Muhammad Ulinuha, MA yang merupakan Dosen di Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta, dipandu host Faozan Amar.
Salah satu fase penting dalam berkah bulan Ramadlan adalah adanya lailatul qadar yang jatuh di tanggal-tanggal ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadlan. Lailatul qadar menjadi salah satu puncak perburuan ibadah setiap orang, karena lailatul qadar memiliki keistimewaan yang ultimate dibanding ibadah lain karena nilainya sebanding dengan ibadah seribu bulan.
Hal itu disampaikan oleh Dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), Dr. Muhammad Ulinuha, MA, dalam acara sahur bareng Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan, pada hari Kamis (29/4/2021).
Selain lailatul qadar itu adalah malam kemuliaan, akan tetapi malam tersebut juga membawa pesan sosial malam perdamaian (salam), dimana ayat ke lima dari surat al-Qadr tersebut diakhiri dengan kata salamun yang berarti keselamatan, perdamaian dan ketentraman.
“Pesan sosialnya dari diturunkannya malam lailatul qadar adalah mengajak kita untuk menyebarkan kedamaian, sebagaimana ayat terakhir surat Al-Qadr ‘salamun hiya hattaa mathla’il fajr”. Jelas Ulin.
Kemudian Dr. Ulin menjelaskan bahwa kata salam berarti keselamatan dari setiap kejahatan dan mara bahaya, yang demikian itu dikarenakan melimpahnya kebaikan dan kedamaian. Keselamatan dan perdamaian yang dimaksud pada penutup surat al-Qadr tersebut tentu tidak hanya berlaku pada saat malam lailatul qadar, lebih dari itu pesan perdamaian tersebut harusnya mengikat pada setiap diri seorang muslim, bahkan harus menjadi agen perdamaian untuk orang-orang disekitarnya.
“Malam ini sebenarnya mengajari kita tentang bagaimana agak kita sebagai umat manusia itu betul-betul menjadi agen-agen perdamaian. Orang yang mendapatkan lailatul qadar itu hatinya damai, hidupnya damai, lalu di ekspresikan pada orang lain. itulah pesan yang paling penting saya kira dari lailatul qadar”, Lanjut Ulin.
Selain itu, makna dan fungsi malam lailatul qadar juga terletak pada sejauh mana seseorang yang ingin mendapatkan kebaikan malam tersebut terus menerus menyampaikan pesan damai, dan menghindarkan diri dari hal-hal yang membuat orang lain tidak nyaman. Sebagaimana karakter mukmin sejati adalah membuat orang lain merasa aman dari ancaman kejahatan lisan dan perbuatannya.
Lebih jauh Dr. Ulin menjelaskan, pesan damai ini harus benar-benar dijaga dan senantiasa di pupuk dengan peradaban literasi, agak kita sebagai agen-agen perdamaian mampu merefleksikan dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-sehari. Karena merefleksikan pesan perdamaian adalah tugas terpenting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara saya kira pesan yang paling penting adalah bagaimana agar kita itu mampu untuk mengejawantahkan pesan perdamaian ini dalam kehidupan sehari-hari”. Pungkas Ulin.(r)
Komentar0