Giri Menang, - Belajar dan belajar adalah harga mati yang harus tetap dilakukan. Belajar harus tetap dihidupkan, belajar harus tetap berproses apapun alasannya termasuk dampak dari Covid-19. Berbagai upaya sudah dilakukan jajaran pendidikan khususnya para penyelenggara penddikan bagi para guru yang tergabung dalam PGRI Kabupaten Lombok Barat (Lobar) agar proses belajar-mengajar tetap dilakukan.
Dengan maksud tersebut, PGRI Lombok Barat, Rabu (29/7) menyelenggarakan bincang-bincang pendidikan di masa Covid-19 diikuti seluruh pengurus cabang PGRI se Lombok Barat di Aruna Hotel, Senggigi, Lombok Barat.
Diselenggarakannnya kegiatan ini menurut Ketua PGRI Lombok Barat Tajuddin tetap memperhatikan aturan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Kegiatan yang dirangkaikan dengan Rapat Kerja (Raker) I PGRI Lobar ini baru bisa diselenggarakan mengingat dampak Covid-19.
Tajuddin menambahkan, proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di Lombok Barat khususnya belum bisa dilaksanakan secara luring (tatap muka) di sekolah karena kondisi Covid-19. Ia masih pesimis proses KBM bisa dilaksanakan pada September atau Desember 2020 mendatang. Pasalnya zona merah yang disandang Lombok Barat bersama Kota Mataram tetap terjadi.
“Adanya Surat Edaran (SE) dari Pemprov NTB agar sekolah mengajukan usul dibukanya proses pembelajaran di sekolah bila di area skolah sudah berada dalam zona hijau menjadi pertimbangan. Ini menjadi pertimbangan kami juga, karena tidak mungkin sekolah mengajukan persayaratan seperti itu yang birokrasinya terlalu panjang. Karena itu perlu kewenangan penuh diberikan kepada PGRI Kabupaten/kota untuk memutuskan proses KBM dengan melihat kondisi terbaru di masing-masing wilayah,” kat Sahabudin.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Lombok Barat H Nasrun, S.Pd, MM, pendidikan di Lombok Barat ditengah Covid-19 saat ini serba dilemma. Di satu sisi Covid-19 yang tengah terjadi menghambat dinamika pembelajaran luring di sekolah. Sementara pembelajaran secara daring harus dilakukan, mengingat peserta didik harus tetap diapdate dengan bahan-bahan ajar yang sudah ada di kurikulum pendidikan. Meski demikian, pihak Dikbud Lobar dalam menyikapi hal ini tetap melakukan model pembeajaran secara daring ataupun secara luring, bahkan kombinasi pembelajaran dengan dua pola seperti itu sudah di lakukan di institusi pendidikan di Lobar baik dari tingkat Sd hingga SLTP.
“Untuk mengatasi hal ini solusi yang kami tawarkan kepada PGRI yakni dengan “PGRI Membuka Diri”. Konsep ini saya maksudkan bagaimana anggota PGRI yang tinggal di pedesaan menawarkan solusi pembelajaran secara luring kepada peserta didik yang sesuai dengan jenjang pendidikannya di suatu titik pembelajaran dengan tidak lebih dari 20 orang. Pola pembelajarannyapun harus mematuhi protocol kesehatan Covid-19. Inovasi ini setidaknya bisa memenuhi target pembelajaran bagi peserta didik agar tidak tertinggal jauh atau terlalu lama dengan target bahan ajar yang harus dituntaskan,” ungkap mantan Sekretaris Dikbud Lobar ini.
Ketua Umum PGRI NTB M Yusuf mengungkapkan, di era pandemic Covid-19, guru menjadi garda terdepan dalam proses belajar-mengajar tuntas bagi setiap peserta didik. Berbagai pola pembelajaran yang sementara ini diterapkan oleh pemerintah baik daring maupun luring, hendaknya bisa dilakukan jika itu memungkinkan. Selain itu PGRI juga bisa melakukan lompatan atau inovasi baru dalam pembelajaran yang layak diterapkan di tengah Covid-19 ini.
“Mungkin saja PGRI sebelumnya bisa melakukan survey terlebih dahulu ke area tinggal peserta didik, untuk selanjutnya membuat disain atau rancanagan pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dengan membuat aplikasi pembelajaran yang mudah, praktis dan tidak membebani peserta didik. Ingat karena kita masih dalam masa pandemic dimana Kota Mataram dan Lombok Barat masih dalam zona merah, pihak sekolah atau guru tetap menerapkan protocol kesehatan di lokasi pembelajaran seperti menggunakan masker, cucui tangan, mengatur jarak, menggunakan hand sanitizer dan lainnya,” terang Yusuf.
Sekjen PGRI Pusat Ali Rahim mengungkapkan, guru ke depannya harus mandiri, meski berbagai kendala pembelajaran khususnya dirasakan saat Covid-19 ini. Guru menurutnya mestinya harus berinovasi dan bagian terpenting dalam setiap mengambil kebijakan pemerintah terutama dalam bidang pendidikan. Guru harus menjadi motor penggerak di garis terdepan dalam memajukan pendidikan guna mencerdaskan kehidupan bangsa ini.
“Saat ini maupun sebelumnya uapaya menjaga marwah para guru akan terus kita lakukan agar bisa melahirkan para pendidik bangsa yang semakin kuat, mandiri dan berkualitas. Harapan satu-satunya bangsa dan Negara ini ada di bidang pendidikan melalui kiprah mulia seorang guru,” ungkap mantan Ketua Umum PGRI NTB ini.(red)
Komentar0