JAKARTA, – Penanganan COVID-19 tidak terlepas dari pemanfaatan alat pelindung diri atau APD, seperti pakaian khusus, masker hingga kaca mata pelindung. Industri dalam negeri mampu untuk memproduksi barang-barang itu untuk kebutuhan sendiri maupun luar negeri.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Bencana BNP Agus Wibowo mencontohkan APD, kapasitas produksi pada 2019 lalu mencapai 17.370.552 buah per bulan. Data kebutuhan APD untuk penanganan COVID – 19 untuk empat bulan ke depan sebanyak 3 juta unit. Perhitungan untuk menghadapi eskalasi yang tinggi, kebutuhan telah diperhitungkan sebanyak tiga kali lipat.
Ia mengatakan lima dari total 28 perusahaan sudah memproduksi dari awal APD, sedangkan sisanya dalam persiapan produksi yang dimulai awal April 2020.
"Pelengkap APD, yaitu masker, kebutuhan nasional yang tengah menghadapi wabah COVID – 19 mencapai 162 juta buah per bulan. Hitungan ini merupakan kebutuhan di saat kondisi normal. Di lihat dari kemampuan produksi nasional, rata-rata dihasilkan hingga 131 juta per bulan," terangnya melalui rilis yang diterima media ini, Sabtu (28/3).
"Pelengkap lainnya, sarung tangan karet, dapat diproduksi dengan kapasitas nasional hingga 8,6 milyar buah. Realisasi produksi masih sebanyak 6,88 milyar. Jenis sarung tangan yang diproduksi pada umumnya berupa _medical gloves_, seperti _examination gloves_ dengan persentase produksi 97% dan _surgical gloves_ 3%. Sarung berjenis _surgical_ memang memiliki ukuran yang lebih detail dengan sensitivitas lebih tinggi. Pembuatannya pun dengan standar tinggi karena penggunaan untuk proses operasi atau tindakan yang memerlukan prosedur sensitif dan steril," sambung Agus.
Sedangkan untuk sanitasi tangan, ujarnya delapan produsen dalam negeri yang memiliki ijin BPOM dan 104 industri deterjen lain yang juga mampu memproduksi _hand sanitizer_. Dari jumlah produsen ini, kapasitas produksi mencapai 156.000 ton per tahun.
"Sementara itu, pemanfaatan Kloroquin untuk pengobatan menjadi perhatian dalam penanganan wabah. Industri obat dalam negeri mampu memproduksi jutaan tablet per bulan. Satu perusahaan mampu memproduksi API Hydorxychloroquine Sulfare hingga 1,5 juta tablet per bulan atau 18 juta tablet per tahun. Dalam 3 – 4 bulan ke depan, target produksi tersebut dapat terpenuhi," ungkapnya.
Ia mengungkapkan ada dua perusahaan lain yang mampu memproduksi API Chloroquine Phospate dengan kapasitas 7 juta dan 10 juta tablet per tahun.
"Tantangan dihadapi ketiga perusahaan obat ini pascawaktu 4 bulan karena harga bahan baku naik dan pembatasan dari produsen bahan baku. Dalam konteks produksi farmasi, Indonesia masih memiliki ketergantungan impor bahan baku farmasi seberat 45,9 ribu ton atau sekitar 95%. Saat ini terdapat 206 perusahaan farmasi yang terdiri dari BUMN, swasta dan perusahaan multinasional," terangnya.
Terkait dengan penyediaan suplemen penambah imunitas, Agus mengatakan delapan industri farmasi dalam negeri mampu memproduksi vitamin C dosis tinggi dengan kapasitas di atas 3 juta tablet per bulan, sedangkan suplemen seperti yang ditemui di pasar Stimuno, Imboost, pharmaton berasal dari 16 industri. Kapasitas industry tersebut mencapai 4,5 juta kapsul per bulan.
"Untuk memenuhi APD maupun bahan yang dibutuhkan dalam penanganan penyakit SARS-CoV-2, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID – 19 merekomendasikan kepala daerah untuk dapat langsung menghubungi produsen bahan-bahan di atas," sebutnya.
Berikut ini produsen APD dan _gown_ yaitu PT Sritex, PT Dae Dong Int., PT Pan Brother Group, PT Maesindo Indonesia, PT Hogy Indonesia, PT Lestari Dini Tunggal, PT Vasmedica Spunbond, PT Provital Perdana, PT Meditech Manufaktur Indonesia, PT Jayamas Medica Industri, PT GA Indonesia, Duniatex Group, PT Anugerah Abadi Bersama, PT Fotexco Busana Int., PT PPF Indonesia, PT Pelita Harapan Indah, PT Leaders World, PT Ganada Makmur Jaya, PT Yuri, PT Permata Garment, PT Dasan, PT ING International.
Produsen masker, yaitu PT Argo Manunggal Triasta, PT Insight Medica Fame, Pamperindo Prima, Top-point Medical, dan beberapa produsen yang tergabung dalam ASPAKI.
Produsen API Chloroquine, yaitu PT Kimia Farma, PT Novapharin Pharmaceutical Industries, PT Imedco Djaja.
Produsen hand sanitizer, yaitu PT Herlina Indah, PT LionWings, PT Reckitt Benckiser Indonesia, PT Jayamas Medica Industri, PT FIlma Utama Soap, PT PZ Cussons Indonesia, PT Kino Indonesia, dan PT Casa Verde Indonesia.(red)
Komentar0