Oleh : Najamuddin Amy
( Karo Humas & Protokol Pemprov. NTB)
Gaya berpakaian Doktor Zul saat menghadiri peringatan Ulang Tahun Nahdlatul Wathan, tampaknya memantik kontroversi. Ada orang yang menilai, ia berpakaian tidak pantas. Bahkan, ada yang mengaitkannya dengan sikap orang terhadapnya. Lalu, sebagai Gubernur, orang mulai membandingkan gaya berpakaiannya dengan pendahulunya, TGB.
Jika dicermati, salah satu pembeda yang cukup kontras antara Doktor Zul dengan TGB memang pada cara berpakaiannya. TGB tipe pemimpin karismatis. Dan ini sangat tampak dari cara ia berpakaian. Sangat jarang publik menyaksikan TGB tampil di depan publik tanpa songkok yang menutupi kepalanya. Hampir di setiap kesempatan, TGB selalu menyesuaikan gaya berbusananya. Kalaupun ia berbusana kasual, biasanya ia lebih sering menggunakan kaos berlengan panjang.
Doktor Zul tidak demikian. Ia berdandan nyaris tanpa pola. Tak jarang ia tampil di acara formal, menjamu pejabat dengan busana kasual. Pernah, ia menjamu Wakil Presiden RI, Boediono yang berkunjung ke Sumbawa, dengan mengenakan kaos polo. Dalam banyak kesempatan, tak jarang ia terlihat menjinjing sendiri sweater hijau yang kerap ia pakai. Padahal, ia memiliki ajudan yang bisa ia perintah untuk membawakannya.
Bagi saya pribadi, tidak ada yang salah dengan keduanya. TGB lahir dan dibesarkan dalam kultur pesantren. Ia sejak kecil telah diasuh sebagai Cucu Maulana Syaikh, TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid. Seorang ulama besar nan kharismatis. Lingkungan tempat TGB tumbuh adalah lingkungan dengan gaya busana pesantren. Sebuah tempat dimana songkok harus sering dipakai untuk menutupi kepala.
Sementara itu, Doktor Zul sejak SMA sudah bersentuhan dengan peradaban barat. Saat SMA, ia sudah berkeliling Australia, menjelajahi negara itu dan berkenalan dengan kultur barat.
Ia lalu berkuliah di Universitas Indonesia, merasakan hidup di Kota Metropolitan, Jakarta. Lalu, selepas UI ia melanglangbuana menuntut ilmu ke berbagai negara. Ia pernah menimba ilmu di berbagai kampus di Inggris, Amerika, Belanda, hingga Tokyo. Tampaknya, persentuhan dengan tradisi-tradisi di berbagai negara inilah yang memengaruhi Doktor Zul dan tercermin dalam gayanya berbusana.
Doktor Zul bukan satu-satunya pesohor dengan gaya busana yang demikian. Sejumlah pesohor dunia telah cukup dikenal dengan gaya busana yang sangat sederhana, bahkan cenderung monoton. Salah satu yang paling tersohor tentunya Mark Zuckerberg. Pendiri Facebook ini nyaris selalu tampil dengan satu gaya di kesempatan apapun. Flip-lop Adidas, sebuah kaos abu-abu dan hoodie.
Dalam sebuah kesempatan tanya jawab secara terbuka di Markas Facebook beberapa waktu lalu, Zuckerberg mengungkapkan bahwa dia selalu mengenakan pakaian yang sama dalam berbagai kesempatan karena ia tidak ingin menyianyiakan waktunya terbuang untuk berpikir tentang gaya berpakaian.
Seringkali, orang membutuhkan waktu cukup lama untuk mempersiapkan dan mempertimbangkan busana apa yang akan dipakai ke sebuah acara.
Bagi Zuckerberg, waktu adalah sumber daya yang terbatas. Ia tidak bisa direproduksi. Jadi, ia ingin waktunya tidak terbuang. Dengan berpakaian yang sama dari satu agenda ke agenda lain, ia bisa lebih banyak mengalokasikan waktunya untuk pekerjaan-pekerjaan yang lebih nyata.
"Aku sangat ingin menjernihkan kehidupanku. Jadi aku harus membuat sesedikit mungkin keputusan tentang hal lain. Kecuali, tentang bagaimana melayani masyarakat,” ujar Zuckerberg.
“Saya merasa tidak melakukan pekerjaan saya jika saya mengalokasikan energi untuk hal-hal remeh dan tidak bernilai kongkret terhadap kehidupan saya. Jadi dengan demikian saya bisa mendedikasikan seluruh energi saya untuk membangun produk-produk dan pelayanan terbaik,” ujarnya.
Zuckerberg juga memperhatikan bahwa pendiri Apple Steve Jobs seringkali tampil dengan gaya busana yang monoton seperti dirinya. Biasanya, Steve Jobs menggunakan jeans dan sebuah kaos turtleneck yang khas.
Presiden AS, Barack Obama juga punya pemikiran yang sama tentang berbusana. Kepada majalah Vanity Fair, Obama mengatakan bahwa dia memiliki banyak prioritas yang harus didahulukan ketimbang menghabiskan waktu untuk menimbang-nimbang harus memakai pakaian apa ke acara mana. Jadi, memilih busana tidak ada dalam agenda hariannya.
Saya berpikir, apakah saat dihisab kelak, malaikat akan mempersoalkan mengapa kita ke acara tertentu menggunakan jeans dan sendal? Mengapa tidak pakai pakaian formal dan bersepatu? Saya rasa, malaikat akan lebih tertarik mempertanyakan, apakah pakaian kamu dibeli dari uang haram atau halal?
Saya meyakini, Tuhan tidak menghinakan pengguna jeans dan sendal. Dia hanya mewajibkan menutup aurat sesuai batasannya. Jeans, jubah atau sirwal bisa dipakai untuk salat selama ia bersih, tidak ketat dan tidak memperlihatkan aurat. Dan, tentu saja tidak diperoleh dari nodong orang.
Hal lain yang saya yakini, seorang pemimpin dinilai dari kemampuannya memajukan kehidupan warga yang dipimpinnya. Bukan dari sendal yang ia pakai ke acara ulang tahun. Orang-orang yang terlalu menganggap serius hal-hal demikian, biasanya hanya pengangguran yang kurang kerjaan.
Komentar0